Senin, 08 Oktober 2012

Semerbak Harum Mahdi as (Bagian kedelapan)

Semerbak Harum Mahdi as (Bagian kedelapan) 

Wahai bagindaku, dalam hiruk-pikuk kehidupan dewasa ini, kami dahaga akan kehidupan yang penuh kecintaan dan kesucian lebih dari pada masa lain. Jalur kehidupan dan pemikiran di dunia ini telah bercabang-cabang. Mata kami telah tenggelam dalam air menanti pertemuan denganmu wahai makhluk terindah.
Wahai manusia yang dijanjikan, kemarilah karena subuh ini tidak segar tanpamu. Subuh ini akan segar dengan embun kasih sayangmu. Mentari pagi akan bangkit dengan salammu.
Wahai air jernih, sungai-sungai yang meregang kekeringan telah mendambakan aliranmu. Menantimu membimbing mereka menuju lautan kemunculanmu. Maka kemarilah karena para insan yang telah patah hati senantiasa mendengungkan doa kehadiranmu. Allahumma ‘Ajjil liwaliyikal faraj.
Kita telah ketahui bersama bahwa penantian kemunculan Imam Mahdi as memiliki filsafat sosial. Selain itu, penantian tersebut juga membuka pintu-pintu menuju masa depan dan mendorong manusia untuk terus bergerak maju. Penantian juga mampu meningkatkan ketangguhan manusia, mengumpulkan seluruh kekuatan mereka, serta mencegah kemunkaran dan sikap pasrah di hadapan kezaliman, hingga masa kemunculan Imam Mahdi as.
Kita telah ulas bersama tentang bagaimana penantian dapat meningkatkan harapan dan motivasi serta dalam menyesuaikan dengan seluruh upaya yang ada. Poin penting lain dalam penantian adalah perwujudan persatuan, solidaritas, dan revivalisasi identitas islami. Seluruh penanti Imam Mahdi as mengacu pada satu tujuan yaitu kemunculan sang juru selamat dunia.
Menurut para psikolog, penantian memiliki manfaat yang sangat besar dari segi individual. Di antaranya adalah meyakini adanya masa depan yang cerah, mengarahkan seluruh kekuatan dalam diri menuju satu tujuan, dan juga menciptakan keserasian dalam karakter seseorang. Jelas bahwa upaya dan kekuatan yang tidak terkonsentrasi tidak akan membuahkan hasil. Gordon Willard Allport, seorang psikolog dan dosen Universitas Harvard, Amerika Serikat menyatakan, "Upaya untuk masa depan akan menyatukan karakter manusia." Menurutnya, demi menggapai tujuan dan target, seluruh dimensi karakter dalam diri manusia dapat dikonsentrasikan menjadi sebuah kesatuan."
Persatan dalam karakter manusia tersebut akan mencetak terbuangnya kemampuan dan potensi bahkan dapat membuka pintu untuk kemajuan dan perkembangan manusia. Konsentrasi karakter dalam diri manusia akan menghapus seluruh faktor yang dapat mereduksi kemampuan dan potensi. Seorang psikolog kontemporer Karen Horney dalam bukunya berjudul ‘Kontradiksi Dalam Diri Kita' berpendapat bahwa, "Faktor yang paling banyak berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang adalah fenomena kontradiksi dalam diri mereka. Jika kontradiksi tersebut dapat ditanggulangi, maka tidak akan ada faktor lain yang ?dapat mengganggu ketenangan jiwa."
Dari sisi sosial, penantian sangat efektif dalam menciptakan persatuan dalam jiwa seseorang. Keberadaan satu tujuan yang kolektif yang dimiliki sebuah bangsa atau masyarakat akan menciptakan ikatan, solidaritas, dan persatuan di antara mreka. Masyarakat yang menjadikan kemunculan Imam Mahdi as sebagai tujuan utamanya, dapat menciptakan kepedulian, solidaritas, dan kekompakan di antara sesama. Jelas bahwa penantian yang panjang atas kemunculan seorang manusia yang sempurna dan pembentukan sebuah pemerintahan yang satu, akan mewujudkan tujuan kolektif dalam diri orang-orang yang memiliki pandangan positif terhadap masa depan.
Dewasa ini, di dunia teknologi dan informasi, kota-kota dan negara-negara semakin dekat. Umat manusia saat ini telah menjadi anggota keluarga kecil. Benak manusia kini lebih mudah untuk memahami persatuan agama dan undang-undang di bawah naungan pemerintahan universal. Tentu sebelum terbentuk pemerintahan tersebut, satu poin yang harus diwujudkan terlebih dahulu adalah persatuan dan persahabatan antarbangsa.
Seorang pemimpin Syiah Pakistan Sayyid Sajid Naqavi mengatakan, "Dalam berbagai agama terdapat persamaan pandangan bahwa pada satu masa akan muncul sang juru selamat manusia. Adapun menurut umat Islam, sang juru selamat tersebut adalah Imam Mahdi as. Dan agar manusia dapat merencanakan seluruh langkah dan program mereka dalam menyongsong masa depan, persatuan harus terlebih dahulu diwujudkan. Karena persatuan adalah sumber segala kebaikan, khususnya di masa ini, di saat kekuatan arogan telah bersatu untuk menindas bangsa-bangsa."
Lebih lanjut dijelaskannya, "Allah swt telah menurunkan Al-Quran dan mengutus para nabi untuk manusia yang membimbing pembentukan sebuah pemerintahan yang adil. Dalam mewujudkan pemerintahan seperti ini seluruh kekuatan dan kemampuan yang ada harus disatukan. Pada masa ketika semua orang merindukan keadilan Islam dan dunia yang menyadari bahwa keselamatannya bergantung pada terciptanya keadilan, jika kita berpecah-belah, maka kita tidak ?akan mampu menghadapi kaum arogan atau menyebarkan pemikiran yang benar. Oleh sebab itu, kita harus mewujudkan persatuan tersebut sehingga dapat memperkokoh keadilan Islam serta memperluasnya dengan logika dan ilmu pengetahuan."
Sayyid Sajid Naqavi menegaskan, kaum penjajah mengetahui masalah kemunculan Imam Mahdi as dalam perspektif Syiah maupun Ahlussunah. Mereka mengetahui bahwa kaum Syiah dan Ahlussunnah meyakini kemunculan sang juru selamat tersebut. Namun keyakinan dan kriteria sang juru selamat tersebut berbeda menurut pandangan kedua mazhab Islam ini. Oleh karena itu, musuh berupaya mencari sela untuk menciptakan friksi di antara umat Islam. Persatuan dan kekompakan umat Islam, bahkan para pengikut agama-agama lainnya, akan memperkokoh perspektif tentang kemunculan Imam Mahdi dan menjadi tameng dalam menghadapi arogansi kaum zalim. (IRIB)

0 komentar:

Posting Komentar