Jumat, 09 November 2012

Abu Hanifah Belajar Kepada Muhammad bin Muslim, Murid Imam Shadiq as

Abu Hanifah Belajar Kepada Muhammad bin Muslim, Murid Imam Shadiq as

Tempat Imam Shadiq as mengajarkan ilmu-ilmunya merupakan satu dari pusat pendidikan dunia Islam yang paling banyak menghasilkan ilmuan. Pusat pendidikan Imam Shadiq as berhasil menelurkan ilmuan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Islam, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Karena jarang kita menemukan sebuah pusat keilmuan Islam yang menghasilkan banyak ilmuan dalam banyak bidang keilmuan. Setiap orang yang lulus dari pusat pendidikan ini menjadi ahli di bidangnya masing-masing. Ini merupakan ciri khas pendidikan yang diterapkan Imam Shadiq as.


Satu dari parameter penting mereka pernah menimba ilmu kepada beliau adalah sifat kecendekiaan dan keutamaan akhlak. Karena ciri khas penting para pengikutnya adalah belajar kepada Imam dan beliau memandang semua Syiah adalah orang-orang yang senantiasa belajar. (al-Kafi, 1/33, bab Ashnaf an-Naas)



Salah seorang sahabat Imam Shadiq as yang terkenal adalah Muhammad bin Muslim. Ia dikenal sebagai tokoh yang zuhud, abid dan mengetahui masanya. Kebanyakan faqih Ahli Sunnah dapat menyelesaikan masalah keilmuannya lewat bantuan Muhammad bin Muslim. Mereka memanfaatkan ilmunya yang didapat lewat belajar kepada Imam Baqir as.



Muhammad bin Muslim bercerita:



Suatu malam aku tidur di atas atap rumah. Tiba-tiba terdengar ada orang yang mengetuk pintu. Saya terbangun dan berkata, "Siapa?"



Seseorang berteriak, "Turunlah, saya membutuhkanmu."



Saya kemudian turun dari atap rumah. Ketika membuka pintu, saya melihat seorang perempuan.



Dengan tergesa-gesa ia menjelaskan, "Saya punya menantu perempuan yang meninggal dunia saat melahirkan, tapi kelihatannya anaknya masih hidup dan kini ada dalam perutnya. Kami merasakan gerakannya. Apa yang harus kami lakukan?"



Saya menjawab, "Suatu hari ada yang menanyakan pertanyaan seperti ini kepada Imam Baqir as. Beliau menjawab, ‘Perut ibunya harus dioperasi dan bila sudah terbuka, anaknya dikeluarkan dari dalam perut ibunya'."



Setelah menjawab, saya bertanya kepada ibu itu, "Saya selama ini hidup dengan cara sembunyi-sembunyi. Tidak ada yang tahu tempat tinggal saya. Bagaimana bisa Anda menemukan rumahku?"



Ia menjawab, "Sebelum ke rumahmu, saya terlebih dahulu mendatangi Abu Hanifah dan menanyakan masalah yang saya hadapi. Tapi ia mengatakan tidak tahu jawabannya. Kemudian ia menyuruh saya mendatangi rumah Muhammad bin Muslim. Karena ia pasti tahu jawaban dari masalah yang engkau hadapi. Tapi ada syaratnya. Bila engkau telah diberitahu jawabannya, jangan lupa memberitahu aku juga jawaban itu."



Muhammad bin Muslim mengatakan bahwa perempuan itu kemudian pergi.



Keesokan harinya, saya pergi ke masjid. Ketika memasukinya, saya melihat Abu Hanifah sedang dikelilingi oleh banyak orang. Ia bertanya kepada mereka tentang masalah yang terjadi semalam. Saya kemudian terbatuk. Ketika mendengar suara saya, Abu Hanifah dengan perlahan-lahan, agar orang lain tidak tahu, berkata kepada saya, "Allahummaghfir D'anaa Na'iisy" (Allahumma, semoga Allah mengampuni! Tinggalkanlah kami dengan kehidupan kami). (Ikhtishash, hal 203-204, Rijal al-Kissyi, hal 146, Wasail al-Syiah, 12/614) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

0 komentar:

Posting Komentar